Macabre / Rumah Dara

Hai. Udah lama nih gw ga nge blog.
Maklum liburan. Hehehe.
Tulisan saya kali ini merupakan oleh-oleh dari Opening INAFF 09.
Terima kasih banyak buat The Mo Brothers untuk invitation nya.

Dan untuk Provoke! yang ngasih gratisan buat nonton lagi tanggal 9 Januari 2010.
Hehehe.

Postingan saya kali ini sebenarnya adalah note yang sudah saya tulis di facebook dari November 09. Hanya tidak saya posting di sini, berhubung filmnya belum keluar.

Oh ya, saya lebih senang dengan Macabre. Bukan Rumah Dara atau Darah.
It sounds more Fun.

Hehehe,.

Seperti biasa, tulisan2 beler ini jangan diangap review,.

MACABRE.

Director : The Mo Brothers

Cast : Shareefa Danish, Julie Estelle, Sigi Wimala, Ario Bayu, Arifin Putra, Imelda Therinne, Ruly Lubis

Pertama kalinya hidup saya dimasuki The Mo Brothers adalah saat saya menyaksikan Dara di Workshop LA Lights. A satire slasher, great short movie, dan membekas di kepala saya.
Dan karenanya, saya menunggu film panjang The Mo Brothers, Macabre.

Macabre berkisah tentang sekelompok orang, yang terjebak dalam suatu keadaan yang tidak menyenangkan.
Seberapa tidak menyenangkannya, bisa anda lihat sendiri dalam filmnya.

Ceritanya memang tidak baru, tapi yang daya tarik terbesar dari film ini adalah, sampai sejauh mana The Mo Brothers berhasil mendorong batasan film dengan darah, di tanah air kita ini.

Dan saya katakan. The Mo Brothers are SICK!
Seperti kata Joko Anwar, "I have seen the future of horror. Their name is The Mo Brothers."

Macabre benar-benar suatu film yang menembus batas darah Indonesia, dengan mudah berhasil keluar dari kungkungan film horror kacrut Indonesia.

Macabre juga tidak semata-mata hanya mengeksploitasi dan bermain-main dengan darah dan potongan tubuh. Film ini berbicara tentang survival, dan bagian slasher dari film ini merupakan perpanjangan akibat dari cerita.

Darah yang muncul, hampir realistis, dan terasa seperti hal yang lumrah, dikarenakan frekuensi kemunculannya yang tinggi.

Setiap aktor/aktris yang muncul, berhasil membawakan perannya dengan impresif. Ekspresi keputusasaan, ketakutan, kelelahan, semuanya berhasil dibawakan dengan baik, sehingga penonton merasa percaya dengan mereka.
And btw, Joko Anwar jadi cameo di sini. Gantian dari The Mo Brothers yang jadi cameo di Pintu Terlarang.

Dan, sangatlah wajar jika Shareefa Danish behasil memenangkan Best Actress dalam Puchon Film Festival. Akting yang ia tampilkan memang sangat baik, ia berhasil membawakan peran Mother of all fear dengan ekspresi psychotic elegan yang seakan tidak pernah puas jika belum menghabisi korbannya. She's like a bulldog looking for blood. She's just going on, and on, and on, and on...

Make-up.
Bicara soal make-up film horror Indonesia, yang terlintas adalah hantu bedakan tempelan.
Tapi di Macabre, sangat sangat keren.
Make-blood para artisnya sangat realistis and enjoyable, entah itu mata lebam, muka terbakar, mandi darah, dll. Kemajuan hebat untuk film Indonesia.

The pieces.
Biasanya kita mudah saja membedakan dan memperhatikan bahwa potongan tubuh yang muncul dalam film, terlihat buatan. Macabre berhasil lepas dari itu, dan tidak seperti film lain yang hanya menampilkan sedikit shot dan cepat untuk potongan tubuh, segala bentuk hasil pemotongan dalam Macabre, ditampilkan dengan realistis dan tidak tanggung-tanggung. Love it. Hehehe.
*Ada sedikit perbedaan dengan yang rilis di bioskop Indonesia, ada beberapa bagian yang sedikit di edit. Namun, TIDAK mempengaruhi kualitas keseluruhan film.

You know what I like the most from Macabre?
It's how the killer treat their prey. How the killer try to kill.
They do that in the most possible creative way.

Now, I'm not gonna spoil on how Macabre does that, just save it for yourself until you watch it.
It's a 5 star entertainment.

Now, I hate to say this, tapi Macabre juga memiliki kekurangan.

Kekurangan yang saya rasakan pertama kali adalah, kurangnya pendalaman karakter pada 6 orang korban. Sangat disayangkan, karena hal itu membuat saya tidak bisa simpati sepenuhnya pada mereka. Saya kurang rooting kepada mereka. Saya menjadi hanya menikmati mereka dibunuh. Hehehe.

Lalu, ada beberapa hal kecil yang agak mengganggu saya.
Seperti para polisi yang datang. Terlihat kurang believeable. Apalagi dengan rompi salah satu anggota polisi, yang ditempel tulisan 'Polisi'. Dan juga mobil kijang kotak polisi dengan sirenenya.

Tapi saya percaya, berbagai kekurangan di film ini sebagian besar dikarenakan oleh budget produksi yang mencekik.

And btw, there's some little things that I found interesting.
Adanya proyektor yang memainkan roll film 8mm. Holland spreken nya Dara. Senjata yang dipakai Ladya untuk versus dengan chainsawnya Dara (you'll see what it is).
Hehehe.

Tokoh favorit saya adalah Arman. The Butcher.
Ia seperti perpaduan antara The Penguin dan Anton Chigurh with knife. Gendut, pendiam, tenang, and love to butch people.

Overall, Macabre adalah salah satu film terbaik Indonesia. Film yang berhasil membawa nama baik pada genre horror Indonesia. A fun, and entertaining blood trip. Love it.
Standing Ovation buat The Mo Brothers. Terima kasih telah menghadirkan film ini pada kancah perfilman Indonesia.

God Speed The Blood.

Hehehe.

Ciao.