My Early Words #2 Public Enemies

My Early Works Foreword

Entah kenapa, tiba-tiba muncul keinginan untuk menampilkan tulisan-tulisan terdahulu saya di notes facebook, ke dalam blog ini.

Beberapa postingan baru ini, adalah tulisan-tulisan ketika saya baru mau dan berani menumpahkan pikiran saya ke dalam tulisan.

Saya hanya merasa agak ganjil saja jika tidak menaruh tulisan-tulisan ini ke dalam blog saya.

Hehehe.

Anyway, here it is. Enjoy!


22 Juli 2009.


Akhirnya.
Hahaha.
Iya ni, setelah hampir putus asa menunggu dan pasrah, akhirnya Public Enemies keluar juga.

Hehehe,.

Seperti biasa, tulisan2 beler ini jangan diangap review,.

Hhmm...

Terus terang, ekspektasi saya terhadap Public Enemies bisa dibilang cukup tinggi.
Banyak faktor yg menjadi alasan saya, yaitu Johnny Depp, Michael Mann, Christian Bale, dan Marion Cotillard.

Nama-nama tersebut merupakan nama-nama kuat, yg jika bersatu dan bergabung, maka akan membuat orang mengira-ngira, seperti apakah film yang akan dihasilkan.
Michael Mann terkenal dengan Collaterall dan Heat.
Johnny Depp terkenal dengan akting eksentriknya.
Christian Bale terkenal dengan Batman.
Marion Cotillard terkenal dengan oscarnya pada La Vie en Rose, dan dia juga membintangi Love Me If You Dare, salah satu drama/comedy/romance Prancis yang segar dan unik.

Wow.

Dan mereka bergabung dalam Public Enemies.
Johnny Depp berperan sebagai Joh Dillinger, seorang perampok kawakan.
Christian Bale berperan sebagai Melvin Purvis, seorang agen Investigasi Federal.
Marion Cotillard berperan sebagai Billie Frechette, love-interest John Dillinger.
Dan tentu saja saya mengharapkan suatu film yang hebat, dan akting yg mumpuni.

Sayang sekali, hal itulah yang membuat film ini kurang maksimal.
Film ini seakan tidak mampu menyaingi atau tenggelam dalam nama-nama besar pemain-pemainnya.
Seakan-akan, 'Ah, yang bikin sama yang maen udah oke, santay aja lah, ntar juga bagus sendiri'.

Saya tidak berkata film ini buruk, saya hanya mengatakan, film ini masih banyak menyisakan potensi yang seharusnya bisa ditampilkan oleh orang-orang yang terlibat dalam film ini.
Film ini sendiri, bagi saya, masih masuk dalam kategori film yang bagus. Good, but not great.

Dari segi cerita, film ini sudah berhasil menampilkan cerita sesuai fakta dan setia kepada penokohan aslinya, tidak dibawa ke arah Hollywood.
John Dillinger ditampilkan sebagai perampok yang dingin, dengan kecintaannya dalam merampok melebihi cintanya terhadap pasangannya, Frechette. Michael Mann setia terhadap fakta, menampilkan mereka sebagai dua orang yang seakan tidak pernah bersatu, dan tidak berusaha membuat kisah kedua orang tersebut layaknya kisah-kasih pasangan Hollywood.
Melvin Purvis ditampilkan sebagai agen federal yang dingin, pintar, disiplin, dan efektif dalam memburu sasarannya. Tetapi sayang sekali, pendalaman karakter Melvin Purvis kurang begitu tergali, dengan alasan 'kalah porsi' dengan Dilinger.

Dalam hal akting, menurut saya, tidak ada yang tampil outstanding, Johnny Depp bermain baik, Marion Cotillard bermain baik, dan Christian Bale bermain cukup baik, dan mungkin akan lebih baik jika dia menghilangkan sisa-sisa growl Batman.

Ada satu hal, yang membuat saya ragu-ragu, apakah ini merupakan kekurangan atau justru disengaja oleh sang pembuat film, yaitu pergerakan kamera.
Pengambilan gambar dalam film ini banyak yang menampilkan shot-shot yang diambil secara handheld, sehingga menampilkan gambar yang tentu saja tidak steady, namun shaky.
Teknik pengambilan gambar seperti itu biasanya muncul pada adegan action, untuk memberi kesan 'chaos', tetapi dalam film ini, tidak sedikit adegan non-action yang menggunakan teknik ini.
Terkesan disengaja, tetapi untuk apa? Saya juga masih belum menemukan maksud dari sang kreator.

Hal lain lagi yang menjadi sorotan saya, yaitu soundtrack, score dan sound effect.
Soundtrack dalam film ini, lagu-lagu lama yang terasa sangat pas, dan enjoyable.
Score dan sound effect menurut saya, agak kurang berhasil membangun mood.
Score-nya sendiri cukup minim, dan dalam hal ini, minim bukan berarti buruk, (dalam No Country for Old Man, score minim memang tepat dan yang terbaik untuk filmnya sendiri) namun banyak adegan yang menurut saya perlu didramatisasi dengan score yang tepat.

SPOILER ALERT!
Hehehe,.

Menurut saya, adegan dimana semua orang yang terlibat bekerja maksimal, adalah adegan ending dimana John Dilinger ditembak.
Adegan tersebut adalah adegan terbaik dalam film ini.

Special mention saya berikan kepada senjata Tommy Gun, karena saya pribadi menyukai senjata ini.
Hehehe.

Quote favorit saya jatuh kepada lines yang terdapat di film yang disaksikan John Dillinger, berjudul Manhattan Melodrama. Singkat kata, quote dari film dalam film.
"Die like you live: all of a sudden." Clark Gable.

Overall, film ini layak untuk ditonton, menyajikan kita suatu tontonan yang cukup berkelas, tetapi, seperti yang sudah saya singgung diatas tadi, film ini terhenti pada good, but not great.

Hehehe.

Ciao.

0 comments:

Post a Comment